Friday, December 12, 2008

Rahasia



Rahasia

Kuberi tahu satu rahasia Kawan
Buah paling manis dari berani bermimpi
Adalah kejadian-kejadian menakjubkan
Dalam perjalanan menggapainya


Maryamah Karpov: 433

Monday, October 13, 2008

Merdeka

Belakangan ini sering teringat dengan posting Ona tentang 'merdeka'. Walaupun dia posting di Bulan Agustus yang identik dengan peringatan kemerdekaan RI, tapi posting Ona adalah mengenai kemerdekaan secara individu. Saya yakin banyak orang yang mengalami hal yang sama, termasuk saya. Tapi cara merespon tentulah beda-beda.

Saya mencoba untuk selalu berpikir positif. Jika pertanyaan ke area pribadi muncul (dan pastinya pertanyaan seperti itu bertebaran di mana-mana, di setiap pertemuan, perkenalan, kegiatan, dll), mungkin itu artinya mereka memperhatikan saya dan tentu saya harus berterimakasih atas perhatian mereka. Walaupun pertanyaan mereka tak jarang diikuti tuduhan...'kamu terlalu memilih sih..', atau 'kamu kurang gaul...', 'kamu belajar terus...'. Kadang muncul keinginan untuk berkomentar....'who are you to judge???' Tapi daripada stress mikirin komentar orang, ya sudah paling-paling saya hanya tersenyum masam.

Seperti pendapat Ona, mungkin mereka serius ingin menunjukkan simpati tanpa menyadari bahwa komentarnya terasa irritating. Atau mereka merasa dekat sehingga merasa ringan saja berkomentar. Atau dugaan buruknya, memang ada 'apa-apanya'.
Saya sering membandingkan dengan diri saya sendiri. Saya hampir tidak pernah masuk ke wilayah urusan pribadi orang lain, kecuali mereka curhat duluan dan meminta saya berkomentar. Jadi saya juga ingin vice versa. Tapi kata seorang teman, hukum resiprokal seperti itu tidak berlaku dalam kehidupan. Jika berbuat baik, sabar dan membantu seseorang maka tidak bisa berharap orang tersebut akan berbuat yang sama kepada kita. Jadi ya itu...:) . Karena saya tentu tidak bisa melarang mereka berkomentar, apalagi di jaman sekarang ini, dengan kebebasan bersuara dan berekspresi, jadi komentar apapun boleh-boleh saja.

Berarti merdeka itu terserah kita yang ngatur. .

Di SMAN I Sukawati


Kegiatan tahun ini hanya berlokasi di Pulau Bali saja. Tahun ini, kami memberikan workshop teknik penulisan ilmiah bidang biologi di Kabupaten Gianyar. Ide ini muncul dari pengalaman menjadi juri di kegiatan LKTI yang diadakan oleh Himabio. Anak-anak SMA punya kreativitas yang tinggi dalam melakukan penelitian biologi, tetapi masih ada kekurangan dalam penulisan laporan ilmiah.



Kegiatan ini diikuti oleh siswa dari SMA Negeri I Sukawati, SMA Negeri I Tampaksiring, SMA Negeri I Payangan, SMA Negeri I Blahbatuh dan SMA Negeri I Ubud. Workshop terdiri dari ceramah dan latihan yang meliputi metode ilmiah, penyusunan hipotesis, metode penelitian biologi, pengutipan pendapat orang lain, penulisan daftar pustaka maupun teknik presentasi.

Wednesday, September 17, 2008

Sahabat

Dapet poem ini dari Lidia.



We need friends for many reasons,
all throughout the season.
We need friends to comfort us when we are sad,
and to have fun with us when we are glad.
We need friends to give us good advice,
We need someone we can count on,
and treat us nice.
We need friends to remember us
one we have passed
sharing memories that will always last.

Monday, September 15, 2008

Wisdom - from Prof. Don Markwell, UWA


Ingin berbagi email dari Reza Faresyi, seorang teman yang ada di University of Western Australia sana... Emailnya tentang pidato dari Prof. Don Markwell pada acara wisuda di UWA tanggal 8 Sept lalu. Saya kutip beberapa....Mudah-2an bisa jadi bahan buat nambah wawasan...




-----------------------------------
Many years ago I heard of a father who asked each of his children this question: what will you do with your life that will make the greatest difference for good in the world? It seems to me a wonderful question for each of us to consider – how can we best use our special talents, whatever they may be, and the expertise that we gain, to make the world a better place?

There are several important aspects of this.

The first is aiming to make a difference – not being a passenger but a driver in life’s journey.

Those who make a difference in the world are usually people who question, when the world is imperfect in so many ways, what can I do – myself or with others – to change things for the better?

In 1912, the University Senate adopted the simple English words to which the Vice-Chancellor has referred - ‘Seek wisdom’ - as the motto of this University; and the inscriptions on the statues and stone benches near the reflecting pool have as their theme that it is by beauty that we come at wisdom. But in our universities, as throughout society at large, it seems to me that there are far more clever people than there are wise.
You are undoubtedly a person of greater knowledge and skills than you were when you started your studies. But are you wiser?

How can we make sure that we are not only better informed, but wiser also?

Wisdom involves a sense of what is right, and what is wrong. It involves a fundamental integrity of character, magnanimity, and generosity of spirit. It recognises and rejects the futility, the self-destructive force, of hatred.

Wisdom involves a well-judged balance of energetic action and quiet reflection. Wisdom involves an appreciation of what action circumstances require, and what circumstances will allow.

The person of wisdom remembers always to ask what is our fundamental purpose, and how best we can achieve it. The philosopher Nietzsche said that ‘the most commonplace form of stupidity is to forget what we are trying to do’.

Wisdom involves understanding people – their motivations and their behaviour – as individuals and in groups or organisations.

The wise person understands that neither they nor anyone else has a monopoly on wisdom, and appreciates diversity, seeking always to learn from and to engage with the wisdom of others. Diversity includes an engagement with the wisdom of women and men of cultures, nations, and religions different from one’s own. The wise person may well seek wisdom in religion – but surely not in fundamentalism. They may seek it in philosophy, but not in rigid ideology.

Where, then, is wisdom to be found?

We may find it in the example of others, those we know and others about whom we read and hear. Some of the wisdom of others can rub off on us if we seek them out as mentors, and this is something I encourage new graduates to do.
Wisdom comes from wide reading in fields far beyond one’s own professional discipline.

Wisdom comes from reflection.

Wisdom comes from experience. Step outside your comfort zone, to seek new experiences from which you will learn, both within Australia and overseas.

Not all the experience from which we learn is comfortable. As Robert Reich suggested, when he referred to those ‘walls of character’ into which we crash, the getting of wisdom is often a bruising experience.

The wise person knows when to speak, and when to be silent. Oliver Wendell Holmes said: ‘It is the province of knowledge to speak and it is the privilege of wisdom to listen.’


If in years to come, the Chancellor of the University of Western Australia were to invite you to come back to Winthrop Hall to speak at a Graduation Ceremony about how you have made a difference for good in the world – not the brief that I was given, I hasten to add - I wonder what you would say. Please don’t say that you haven’t made a difference. Please make absolutely certain that you have!

Wednesday, August 20, 2008

Ngelawang Galungan



Kemarin, Rabu 20 Agustus (Budha Kliwon Dungulan - menurut Kalender bali), umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan yang merupakan kemenangan kebaikan (dharma) atas ketidakbaikan (adharma). Rentetan upacaranya dimulai jauh-jauh hari sebelum Galungan, mulai dari Tumpek Wariga yang merupakan hari memohon kesuburan tanaman bagi kehidupan manusia. Tapi, paling sibuk dan ramai sejak 3 hari sebelum Galungan. Kemudian memasang penjor sehari sebelum Galungan, memuja Hyang Maha Meru (bentuk bambu yang melengkung) atas anugerah-Nya berupa kekuatan dharma.
Setelah sembahyangan pada Hari Raya Galungan, saya ikut mengupah barong yang ngelawang. Ngelawang merupakan pentas seni keliling desa. Pentas ngelawang pada dasarnya sama dengan ngamen, tapi terjadi dengan akrab dan santai serta melibatkan 10-15 orang yang biasanya merupakan sebuah 'sekea' atau grup. Ngelawang berlangsung berkeliling dan pentas dapat berlangsung di jalan atau di depan pekarangan rumah.
Ngelawang di Hari Galungan kental suasana ritual dan magis, walau tentu saja ada unsur hiburannya. Kehadiran barong yang ngelawang bermakna untuk menghadirkan ketentraman, mengusir kejahatan (termasuk orang-orang yang bermaksud jahat) dan menghindari penyakit. Anak-anak paling suka menggoda barong yang ngelawang. Mereka sengaja menggoda, agar barong mengejar mereka. Dan itu merupakan keceriaan luar biasa bagi anak-anak saat merayakan Galungan.

Wednesday, August 13, 2008

Kembali ke Bogor

Saya meninggalkan Bogor tahun 1992, setelah sekitar 5 tahun sekolah di IPB. Tahun 2000, saya sempat ke Ciawi mengikuti pelatihan PEKERTI, tapi waktu itu tidak sempat ke Bogor kota. Baru seminggu yang lalu saya menelusuri kembali Jalan Raya Pajajaran yang dulu biasa saya lalui. Sangat banyak perubahan di Bogor (walau Kebun Raya tetap menjadi ciri khas), terutama banyaknya factory outlet dan angkot yang bertebaran. Tidak heran jika Perwakilan dari Kementrian Riset dan Teknologi yang membuka The 4th Indonesia Biotechnology Consortium Conference mengatakan selamat datang di Bogor yang hijau, bukan saja karena kebun raya, tapi juga karena angkotnya (angkotnya kebetulan berwarna hijau).

Berjalan-jalan di IPB Baranangsiang, tidak ada lagi tempat kuliah dulu, ruang P1 sampai P12 sudah berubah menjadi mall Botani Square, dimana terdapat IICC (IPB International Convention Centre) dan sekarang sedang dibangun hotel untuk fasilitas kenyamanan peserta conference nantinya. Gedung alumni yang dulu terlihat paling megah, sekarang terhalang mall dan terminal Damri. Kantor pos dan Warung DPR (Di bawah Pohon Rindang) masih ada, walau terkesan terabaikan. IPB memang sudah berpusat di Darmaga, tapi kenangan masih tertinggal di Baranangsiang.

Di depan IICC

4th IBC Conference menunjukkan perkembangan bioteknologi di Indonesia, mulai dari eksplorasi biofuel (Jatropha, Brassica, Algae), perkembangan tanaman transgenik, bakteri probiotik, serta dunia '-omics' (genomics, proteomics dan metabolomics), deteksi penyakit/perkembangan marker dengan proteomics. Kesan saya, materi penelitian bioteknologi di Indonesia tidak tertinggal jauh dibandingkan penelitian bioteknologi di Luar Negeri. Tentulah aplikasinya yang kita harapkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Saya sendiri masih mempresentasikah thesis S3 saya, tapi keingintahuan tentang status penelitian bioteknologi di Indonesia serta kesempatan berkenalan dengan peneliti lain .... dan sedikit bernostalgia :) mendorong saya untuk mengikuti konferensi ini. Saya juga menyempatkan diri berkunjung ke BB Biogen (dulu bernama Balitan) di Cimanggu. Melihat fasilitas yang ada di sana dan berharap bisa bekerjasama ke depannya.


Lab Kultur Jaringan di BB Biogen

Penyimpanan benih di BB Biogen

Di depan Kebun koleksi BB Biogen

Saturday, July 5, 2008

Kemajuan Penelitian di Asembagus


Kemarin, kami (Mbak Asta, saya serta seorang mahasiswa Biologi) mengunjungi kembali Kebun Percobaan Asembagus tempat penelitian kami dilakukan. Kali ini Pak Bambang dari Balitas juga datang. Jadi diskusi bisa dilakukan secara menyeluruh. Tapi di sela-sela diskusi, kami juga bernostalgia, karena kami semua alumni The University of Western Australia.

Mb Asta, Pak Bambang, saya
Kali ini jadwal penelitian kami adalah pemberian perlakuan cekaman kekeringan. Sempat bingung menentukan pengukuran kadar air tanah. Awalnya kami berpikir untuk menimbang pot...tapi menimbang 576 pot setiap hari tentu sangat time consuming dan melelahkan. Belum lagi resiko tersenggolnya stek yang dapat merusak tanaman. Akhirnya kami memutuskan menggunakan Gypsum block.
Gypsum block merupakan alat yang sederhana, yang terdiri dari dua elektroda tertanam dalam silinder yang terbuat dari gipsum. Pengukuran dilakukan pada gypsum block dengan mengukur tahanan elektrik antara elektroda dalam block. Block menghantarkan air dan dengan cepat dan mudah menjadi seimbang dengan air yang diserap tanah. Saat tanah menjadi basah, pori-pori dalam gipsum terisi air dan melarutkan gipsum, cukup untuk membuat larutan kalsium sulfat jenuh sebagai elektrolit yang mengakibatkan arus listrik (Skinner et al., 1997; Australian viticulture). Tahanan di antara dua elektroda ditentukan dengan AC voltage. Tahanan elektrik di antara dua elektroda yang tertanam dalam medium berpori adalah proporsional dengan kandungan airnya yang berhubungan dengan potensial air tanah disekitarnya.
Jadi kami seharian memasang gypsum block di tengah terik matahari yang super panas di Asembagus

Memasang Gypsum block


Sunday, June 29, 2008

God speaking

Dari Deni seorang sahabat yang selalu mengingatkan saya bahwa God is good.....

God Speaking
*************
The man whispered, "God, speak to me"
And a meadowlark sang.
But the man did not hear.

So the man yelled "God, speak to me"
And the thunder & lightning rolled across the sky.
But the man did not listen.

The man looked around and said, "God, let me see you."
And a star shined brightly.
But the man did not see.
And, the man shouted, "God, show me a miracle"
And a life was born.
But the man did not notice.

So, the man cried out in despair, "Touch me, God, and let me know you are here"
Whereupon, God reached down and touched the man.
But the man brushed the butterfly away and walked on.

I found this to be a great reminder that God is always around us in the little and simple things that we take for granted. .even in our electronic age . . . so I would like to add one more:

The man cried "God, I need your help" . . .
and ane-mail arrived reaching out with good news and encouragement.
But the man deleted it and continued crying.....

The good news is that you are loved.

Tuesday, June 24, 2008

Hubbu

Baru saja menyelesaikan bab terakhir novel Hubbu karya Mashuri yang menjadi pemenang I Sayembara novel DKJ 2006. Saya tertarik membelinya karena novel juara. Walau tidak berharap banyak akan memahaminya (karena biasanya novel atau film yang menang sayembara agak susah dipahami - atau itu karena kemampuan nalar dan hayal saya yang kurang).

Hubbu (bahasa Arab) artinya cinta. Bagi saya tidak jelas cinta apa yang diceritakan Masyuri. Mungkin judul ini diambil karena di bagian akhir - Jarot - tokoh utama cerita ini dalam suratnya kepada Teguh mengatakan bahwa diantara keterbatasannya, ketakutannya dia bertahan pada eros. 'Eros yang berjuntai pada semangat kasih terdalam, sebuah cinta sublim yang mengakar ke hati dan berkelindan di tindakan' (hal 177).

Novel ini menceritakan kegelisahan Abdullah Sattar atau Jarot. Seorang santri berbakat dari keluarga Islam yang bisa lancar menghapal dalam sekali baca, dan diharapkan akan memimpin pesantren (menggantikan Mbah Adnan) tapi malah tertarik pada hal-hal lain seperti ilmu-ilmu Jawa dan hal-hal klenik. Dia juga terbagi menjadi pribadi yang ingin hidup dengan menjalankan ajaran islam tapi juga sekaligus pacaran.

Kepergiannya ke Surabaya tetap melanjutkan kegelisahan dan keterbelahan pribadi Jarot. Menolak berhubungan badan dengan Puteri, tapi akhirnya tidur dengan Agnes. Doza perzinahan membuatnya menghukum diri, tidak pernah kembali ke Alas Abang - Desa dimana dia diharapkan memimpin pesantren, tapi lari ke Ambon.

Setelah Jarot meninggal, anaknya - Aida kembali ke Alas Abang dan menemukan banyak rahasia yang dimiliki ayahnya. Di sana Aida menemukan silsilah yang ternyata memuat namanya. Sebuah garis kepemimpinan - dari Sunan Gunung- Mbah Adnan - Abdullah Sattar (tapi mengingkarinya) - nama Aida. Ada takdir yang dihindari oleh Jarot tapi akhirnya beralih ke pundak anaknya. Betulkah takdir begitu? (saya benar-benar bertanya nih :) ). Ketika jarot menghindari takdir, takdir itu menjadi milik anaknya. Sebuah takdir yang melingkar. 'Lingkaran takdir yang sudah menyatu dengan darah' (hal 234).

Alur cerita pada novel ini acak dan lompat-lompat. Kadang tokoh aku diceritakan oleh Jarot, kadang Puteri, kadang Aida - dan kadang baru dapat diketahui setelah akhir bagian. Mungkin disengaja, agar jadi variatif. Tapi tetap ada beberapa hal menarik dalam novel ini, selain tokoh calon pemimpin pesantren wanita, seseorang (Jarot) yang tidak bisa memilih menjadi pemimpin santri (Abdullah Sattar) atau menjadi Jarot seutuhnya.

Hmmm...pilihan itu penting. Tapi mungkin lebih penting lagi, setelah menentukan pilihan, tidak menyesalinya.... jadi curhat :) .....Masa lalu juga penting. Tapi orang bilang, jangan kembali ke masa lalu...look forward...Kenapa Aida jauh-jauh dari Ambon mencari masa lalu ayahnya ke Desa Alas Abang? Saya jadi ingin ikut kembali ke masa lalu...teringat salah satu film Superman, saat dia dengan kekuatannya melawan rotasi bumi, memutar kembali bumi ke waktu tertentu untuk membuat sesuatu tidak terjadi...ah..seandainya saya Superman...ini sih dunia hayal... sudah keluar jalur dari novel Hubbu.

Wednesday, June 18, 2008

Buang sampah


Membaca posting Andi tentang anak muda Australia yang bertato, rambut panjang dan acak-acakan tapi membuang sampah ditempatnya (selengkapnya ada di blog Andi 'berandalan itu buang sampah di tempatnya), saya jadi ingin ikut cerita tentang kebiasaan membuang sampah.
Sejak kecil kita selalu diberitau untuk membuang sampah pada tempat sampah. Tapi kenapa banyak yang tidak melakukannya bahkan setelah mereka dewasa dan berpendidikan tinggi. Di kantor, di warung, di taman, pasti ada tempat sampah. Tetapi sangat jarang ada yang mau berjalan menuju ke tempat sampah untuk membuang bungkus permen, bungkus kacang, nota belanja dan lain sebagainya.
Saya amat sering melihat teman-teman sekantor (yang pendidikannya paling rendah S2), beberapa menyelesaikan sekolah di luar negeri, tetapi ketika sedang menunggu angkot, atau ketika berada di dalam bis dari kampus Unud Sudirman ke kampus Unud Bukit Jimbaran, mereka dengan santainya membuang kulit permen ke lantai bis atau membuangnya ke jalan.
Saya biasa memasukkan kulit permen kembali ke tas saya, sehingga kalau saya lupa mengeluarkan dan membuangnya ke tempat sampah ketika sampai di tujuan, maka keesokan harinya tas saya akan penuh dengan kulit permen atau bungkus keripik karena saya memang doyan ngemil.
Saat saya protes ke teman dan bertanya kenapa di luar negeri dulu begitu patuh membuang sampah di tempat sampah, tapi ketika di daerah sendiri justru buang sampah sembarangan. Jawabnya sungguh mengejutkan saya...'itu kan karena desa-kala-patra'. (desa-kala-patra=tempat-waktu-kondisi/circumstance). Di Bali konsep desa-kala-patra digunakan untuk menjelaskan perbedaan dalam adat dan kebudayaan Bali. Bahwa adat atau kebiasaan yang ada berbeda berdasarkan tempat, waktu dan kondisi. Tapi mengapa konsep itu diadopsi untuk hal yang tidak tepat; seperti kebiasaan membuang sampah. Tidakkah sebaiknya mereka yang telah berpendidikan tinggi (bahkan mendapatkan pendidikannya di luar negeri) meyebarkan dan memberi contoh tentang kebiasaan membuang sampah pada tempatnya seperti yang mereka lakukan ketika di luar negeri. Kenapa bertindak baik di negara lain - bukan berarti saya meminta untuk berbuat buruk di negara lain :) - dan bertindak yang tidak baik di daerah sendiri?

Saturday, June 14, 2008

Puisi bagus - Gunawan Maryanto

Sedang main-main di internet. Ketemu puisi bagus karya Gunawan Maryanto...daleeem deh..terutama kalimat ini "aku jatuh cinta sekeras penolakanku atasnya".....hmm mengharu biru, mengingatkan pada kesalahan saya dulu. Berikut selengkapnya. Dikutip dari blog kemudian.


perkara lama

1
Sekali lagi aku jatuh cinta
pada ranting keringmu
Pada keras dan getasmu
Pada padang pasir yang kaubebat dengan kain—di tempat terbuka

Masa lalu seperti pemijit buta
mencengkeram bahu

Bau tubuhmu yang tak bersalin kembali dibawa angin
Mengganggu dengan kenyataan lain
: malam, kaki gunung, api unggun, gitar dan lagu-lagu
Oalah, sepatah cinta tanpa sepatu, dulu

Pemijit buta terus bekerja
Meraba-raba yang luka dan tak luka
Lalu semua pori-pori terbuka
Lebih dari yang seharusnya

Datang angin dari depan dari belakang
Datang cinta yang dulu yang sekarang

Aku jatuh cinta sekeras penolakanku atasnya
Pada ranting dan padang pasirmu
Pada keras dan rapuhmu
Pada angin yang menghadirkan bau tubuhmu
Ini hanya perkara lama yang tak pernah selesai

2
Di Lhok Nga yang panas
dua butir telur
bersisihan dan kedinginan
: berkeras tak menetas

Gulungan ombak lemah
lelah mengulang kehilangan
lemas mengalungkan cemas
: tak ada yang bisa dipercaya. Percayalah
Sekalipun cinta sekalipun rumah

Tapi lihatlah
dua butir telur membenam dalam pasir
menanam kenyamanan yang hampir berakhir
hingga cinta—siapa bisa mematah sayapnya—lahir

Bahkan sisa-sisa rumah di sepanjang pantai ini
sama sekali tak mendebarkan bagi
: cangkang yang kadung lobang
Cinta tak pernah punya mata
Maka jatuhlah di tempat sama

3
Kepala ini membenturkan dirinya
Sekali dan keras sekali
Pada pintu kamarmu
: kebodohan menyusun tubuhnya kembali
ada yang bangun dan tak bisa tidur lagi

Kau melintas tanpa suara
Melindas seluruh drama
Pertunjukan yang tak kuandaikan
Berlangsung di kejauhan
“Cepat, temui aku di gudang itudi mana dulu kau (pernah) membuatku sekarat!”

4
Di dekatmu aku mencium harum bayi
Meruap dari pori-pori kulitmu

Kuputuskan menjauh
Kauputuskan menjauh
Supaya tak ada yang celaka
tak ada yang terluka

Dan seluruh peristiwa
baik-baik saja—sepertinya

Sampai suatu saat kita terpaksa merapat
Tragedi itu tercipta lagi dengan cepat
Aku meraba-raba kelelahan di tubuhmu
Kau mencabuti uban di rambutku—bocah-bocah tua bermain api masa lalu

Harus berakhir sebelum seluruhnya lahir

5
Apa kabarmu, lama aku tak menyentuhmu
Bercak putih itu
apa masih bertahan di jempol tanganmu

Kita sama menua di ruang yang sama
Cepat lupa dan tak waspada
Tak awas lagi pada logika
Padahal ada yang belum usai dan bahaya
: Kesepianku mengancammu
Larilah, jangan tidur di pangkuanku

Apa kabarmu, lama aku tak memelukmu
Racun putih itu
apa masih melekat di ujung bibirmu

6
kini ponselku sepi
tak ada sms yang menggetarkan lagi :)

Banda Aceh—Yogyakarta, 2006
Gunawan Maryanto

Thursday, June 12, 2008

Toto-chan


Saya tertarik membaca buku 'Toto-chan: gadis cilik di jendela' gara-gara keponakan saya membacanya sampai berkali-kali. Ketika saya tanya..komentarnya singkat saja.."Bagus! Bu Adek harus baca". Akhirnya sayapun membeli buku itu. Dan betul!! Buku ini bukan hanya bagus untuk anak-anak (anak-anak mungkin menganggapnya sebagai buku cerita biasa), tapi buku ini sangat bagus untuk para orang tua yang memiliki anak yang baru memasuki sekolah dasar dan juga untuk para guru.Toto-chan merupakan cerita Tetsuko Kuroyanagi yang ketika kecil dikeluarkan dari sekolah karena dianggap mengganggu. Padahal dia hanya memiliki sifat ingin tau sehingga sering melihat ke jendela. Akhirnya dia pindah dan bersekolah di sekolah Tomoe, sekolah yang dipimpin oleh Sosaku Kobayashi (untuk beliaulah buku ini didedikasikan oleh pengarangnya).
Di sekolah ini sistem pendidikan sangat berbeda. Tidak ada aturan duduk yang tetap. Ada pelajaran 'jalan-jalan' yang ternyata justru sangat benyak memberikan pengetahuan, karena anak-anak belajar tentang bunga, putik, benang sari, kupu-kupu, penyerbukan sambil mereka melihat langsung. Sosaku Kobayashi adalah guru yang sangat bijaksana, dia mendidik anak-anak untuk selalu percaya diri dengan mengatakan 'kamu pasti bisa' kepada Takahashi yang cacat tidak bisa tumbuh tinggi tapi memenangkan hadiah di Hari Olah Raga. Walaupun Toto-chan sering melakukan hal yang aneh-aneh untuk memuaskan rasa ingin taunya, tapi kepala sekolah selalu berkata kepada Toto-chan, 'kau benar-benar anak baik'. Kata-kata ini telah menentukan arah hidup Toto-chan kemudian.
Yang menarik, pelajaran tentang gender juga ada di buku ini yang disampaikan dengan sangat manis di halaman 159. Ketika Oe menarik rambut Toto-chan, kepala Sekolah memarahinya. Oe meminta maaf dan berkata kepada Toto-chan "Aku dimarahi Kepala Sekolah. Katanya aku harus bersikap manis pada anak-anak perempuan. Katanya anak laki-laki harus bersikap sopan kepada anak-anak perempuan dan menjaganya".
Di paragraf berikutnya dituliskan keheranan Toto-chan bahwa anak laki-laki harus menghargai anak perempuan. Yang ia tau, anak laki-laki adalah terpenting dalam keluarga. Jika ada anak perempuan yang protes, para ibu akan berkata "Anak perempuan hanya untuk dipandang, bukan didengar". Bagi Toto-chan dan Oe kata-kata Kepala Sekolah adalah nasehat yang mengejutkan.
Demikianlah, buku ini juga menulis tentang kematian sahabat, bagaimana menghadapinya dan mengenang sahabat. Dan banyak hal sehari-hari yang dialami anak kecil yang sangat manusiawi, lucu dan juga menyentuh.
Ada versi Inggrisnya 'Toto-chan: The Little Girl at The Window', saya cari-cari keliling Denpasar, tapi tidak saya temukan. Berharap ada yang memberi hadiah pada saya buku Toto-chan versi Inggris ini. Semoga saja......

Saturday, June 7, 2008

Griya Konco Dwipayana

Griya Konco Dwipayana merupakan tempat persembahyangan tiga agama; Hindu, Budha dan Konghuchu. Griya ini berlokasi sekitar 10 km ke arah selatan kota Denpasar, di kawasan Hutan Mangrove, Suwung. Terdapat tiga bangunan utama di Griya Konco ini (yang juga dikenal sebagai tempat persembahyangan Tri Dharma) yaitu masing-masing merupakan tempat persembahyangan umat Budha (Gedung Budha), umat Konghuchu (Gedung Konghuchu) dan umat Hindu (Padmasana).
Griya ini paling ramai dikunjugi saat perayaan imlek. Bersebelahan dengan Griya Konco Dwipayana, terdapat Pura Candi Narmada, sehingga menyebabkan kawasan ini juga ramai pada saat bulan purnama, karena umat Hindu disamping bersembahyang di Pura Candi Narmada juga bersembahyang di Griya Konco Dwipayana ini. Demikian juga pada saat perayaan Hari Raya Saraswati (yang merupakan hari raya turunnya ilmu pengetahuan) yang dirayakan setiap Sabtu Kliwon wuku Watugungung (berdasarkan penanggalan kalender Bali).
Daya tarik Griya Konco ini terletak pada bentuk bangunan yang khas oriental serta kesenian barongsai yang ada di sana. Juga terdapat patung Dewi Kwan Im begitu masuk di pelataran tengah Griya Konco. Getar kerukunan antar agamapun terasa menyejukkan.
Kebudayaan Cina memang banyak berpengaruh di Bali. Di samping banyaknya tempat persembahyangan yang merupakan perpaduan Hindu dan Cina (seperti di Pura Giri Putri, Nusa Penida, di salah satu sudut terdapat Pura dengan patung Dewi Kwan Im), juga penggunaan uang kepeng ('pis bolong' dalam Bahasa Bali - uang Cina dengan lubang di tengah) yang digunakan sebagai pelengkap sesajen.

Sunday, May 25, 2008

Hunting DNA


Seorang teman menjuluki saya sebagai "DNA hunter". 'Soalnya setiap ketemu mbak Pharma di lab, pasti sedang ekstrak DNA', begitu komentarnya. Padahal sebenarnya yang saya kerjakan bukan itu saja. DNA memang merupakan modal dasar dalam banyak analisis genetik secara molekuler. Mengekstrak DNA adalah pekerjaan lab yang mengasikkan dan tidak sulit dilakukan. Untuk DNA tanaman, ada banyak metode ekstraksi, tapi yang paling sering digunakan adalah metode milik Doyle dan Doyle (1990) yang menggunakan deterjen CTAB dalam buffer ekstraksinya.Secara sederhana ekstraksi DNA juga dapat dilakukan tanpa menggunakan zat-zat kimia yang mahal, tapi hanya dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia disekitar kita. Sehingga ekstraksi DNA dapat diajarkan sebagai materi praktikum di sekolah menengah.
Seperti yang dimuat dalam Science in School (Issue 1; Spring 2006) tentang Discovering DNA, ekstraksi DNA dapat dilakukan dengan menggunakan deterjen cair pencuci piring dan garam dapur sebagai komponen buffer ekstraksi (3 gram garam dapur + 90 ml air + 10 ml deterjen cair). Tanaman (dapat berupa daun, buah atau bunga) dihancurkan, kemudian ditambahkan buffer ekstraksi, dan diinkubasi pada 60C selama 15 menit. Selanjutnya diletakkan dalam es selama 5 menit, lalu disaring dengan menggunakan saringan kopi. Kemudian ditambahkan alkohol dingin sehingga membentuk lapisan di atas lapisan ekstrak. DNA akan terpresipitasi di bagian atas lapisan etanol. Gampang bukan? Ini sudah pernah saya coba untuk praktikum anak-anak Biologi Unud....dan berhasil..hooorayyyy.....we got the DNA!!!
Pictures taken from http://citnews.unl.edu/hscroptechnology/html/printLesson.shtml?lessonID=990631834

Tuesday, May 13, 2008

Mestakung


Saya baru saja selesai membaca buku Mestakung yang ditulis oleh Yohanes Surya; salah satu dari dua idola saya (idola saya satunya lagi adalah Dahlan Iskan). Dalam buku ini beliau bercerita tentang sepak terjangnya mengantarkan anak-anak Indonesia menjadi juara di Olimpiade Fisika Internasional. Mestakung yang merupakan kependekan dari semesta mendukung ternyata adalah rahasia kesuksesannya. Pada mestakung, saat keadaan kritis, seluruh alam semesta, termasuk sel-sel dalam tubuh akan bekerja untuk mengatasi keadaan kritis tersebut. Air yang dipanaskan, ketika mencapai keadaan kritis secara bersama-sama akan berubah wujud menjadi uap air.
Banyak kejadian sehari-hari yang dicontohkan dalam buku ini yang merupakan hasil dari mestakung. Ketika dikejar anjing, sel-sel akan mengatur diri sehingga bisa meloncati pagar. Demikian halnya dalam pelatihan TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia), peserta diletakkan dalam kondisi kritis sehingga para peserta belajar tanpa paksaan.
Kata Pak Yohanes, jika ingin sukses, milikilah cita-cita setinggi mungkin dan capailah! Dalam kondisi kritis, sel-sel akan bermestakung. Proses mestakung terdiri dari krilangkung (kritis, langkah dan tekun). Ciptakan kondisi kritis, bertindak sedini mungkin dan tekun sehingga cita-cita dapat tercapai. Beliau juga menekankan, bahwa mestakung adalah hukum alam yang diciptakan Tuhan. Jadi dengan kekuatan Tuhan dalam mestakung, kondisi kritis dapat dilalui.
Hmmm, apa ya cita-cita saya. Ingin ke Eropa.....dengan gratis!!!!! Apa yang telah saya lakukan? Belum banyak memang. Saya mencari informasi (bukankah ini langkah pertama yang sangat penting?). Inginnya program yang tidak lama, sepertinya NFP (Netherland Fellowship Programme) yang paling cocok. Tapi ternyata application untuk 2008 sudah due semua. Teringat krilangkung lagi. Harus tekun dan tidak berputus asa.

Saturday, May 3, 2008

Field trip

Hari Kamis kemarin saya dan beberapa teman mengantar mahasiswa yang mengambil mata kuliah Genetika Tumbuhan, Pemuliaan Tanaman dan Hortikultura pergi field trip ke Candi Kuning, Bedugul. Kami mengunjungi kebun hortikultura Sila Artha milik Bp. Wayan Widia. Beliau adalah pengusaha sukses di bidang supplier sayur, buah, bunga dan produk makanan segar lain ke hotel-hotel dan supermarket di Bali.
Saat ini yang dikembangkan di kebun beliau adalah tanaman bunga potong (krisan dan lili), sayuran (bok coy, lettuce, iceberg lettuce), herb (rosemary, oregano dan basil) dan budi daya strawberi. Beliau juga mengembangkan paprika secara hidroponik. Di kebun beliau juga terdapat pembibitan tanaman hias seperti Begonia, Euphorbia, Phylodendron dan banyak yang lainnya.
Selain mendapat informasi tentang budidaya tanaman hortikultura serta usaha ke arah persilangan atau pemuliaan tanaman hias, kami juga mendapat 'kuliah gratis' dari Pak Widia tentang kewirausahaan. Menganalisis keadaan pasar merupakan salah satu kunci sukses Pak Widia di samping membina hubungan baik dengan petani lainnya dan dengan konsumen. Networking dengan dinas, penyedia bibit dan berorganisasi juga disarankan oleh Pak Windia jika ingin terjun menjadi pengusaha produk hortikultura, dan tentu saja penguasaan ilmu yang baik.
Melihat kesuksesan Pak Widia, para mahasiswa menjadi sangat antusias bertanya dan ingin mengikuti jejak beliau. Setelah acara diskusi, tentu kami tak lupa berfoto-foto.... dan membeli bibit bunga!!!

Sunday, April 27, 2008

Bruce Almighty


Apa jadinya jika manusia memiliki kekuasaan Tuhan? '...I got the power....' Bruce adalah seorang lelaki kocak yang bekerja sebagai reporter Eyewitness News (berita ringan tentang human interest) yang membuat semua orang gembira . Tetapi dia bosan dengan hidupnya dan ingin menjadi anchorman (pembawa berita news, sport, etc). Tetapi rekan kerjanya yang mencuri kata-kata kreatif miliknya justru mendapat posisi yang diidamkannya. Maka berteriaklah Bruce..."God! Where are You?". Bruce merasa Tuhan memperlakukannya dengan tidak fair dan menganggap Tuhan gagal melakukan tugasNya sebagai Yang Maha Kuasa.
Tuhanpun memberikan kekuatanNya pada Bruce. Dan Bruce menggunakan kekuatan itu untuk kepentingan pribadi. Bencana alam terjadi hanya karena Bruce ingin memiliki kencan romantis dengan pacarnya sehingga ia menarik bulan terlalu dekat dengan bumi. Sebuah meteor besar jatuh gara-gara Bruce ingin mendapat berita sensasional. Kacau! Itulah ekspresi tepat yang terjadi ketika Bruce menjadi Tuhan. Saat telinganya sakit mendengar doa dari ratusan juta orang, Brucepun menjawab 'yes' pada setiap doa yang justru membuat semuanya semakin kacau.
Bruce menyadari betapa susahnya kerja Tuhan agar segala sesuatu tetap pada jalurnya. Dalam salah satu percakapan Bruce dengan Tuhan, Tuhan berkata : "People want me to do everything for them, and what they don't realize is - they have the power. You want to see a miracle, son? Be the miracle."
Pada akhirnya Bruce mengubah cara pandangnya terhadap hidup. Dia happy dengan apa adanya dirinya. Hmmm...seberapa berserahkah kita seharusnya pada Tuhan? Tidakkah bisa sedikit 'protes' ketika merasa termarginalkan padahal usaha telah terasa maksimal?

Wednesday, April 23, 2008

Ke Asembagus


Dua kali sudah kami (Asta dan saya) berkunjung ke Kebun Percobaan (KP) Asembagus. KP yang beralamat di Jalan Raya Banyuputih, Asembagus, Situbondo ini menangani koleksi dan budidaya tanaman kapas, wijen, rosela, jambu mente, jarak kepyar dan jarak pagar. Kebun seluas 40.17 ha ini diketuai oleh Bp. Edi Purlani, SP merupakan kebun milik Balitas (Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat)
KP Asembagus sekarang sangat fokus mengembangkan tanaman jarak pagar. Kebun ini menjadi kebun induk jarak pagar dan tempat koleksi plasma nutfah jarak pagar dan memiliki unit pengelolaan benih sumber. Ada dua benih jarak pagar unggulan yang telah dilepas dari KP Asembagus yaitu IP1A dan IP2A.
Kami (Asta yang menjadi chief investigator) bekerjasama dengan Bp. Dr. Bambang Heliyanto dari Balitas sedang mengembangkan tanaman jarak pagar yang tahan cekaman kekeringan. Kami menguji beberapa aksesi jarak pagar (aksesi NTB, NTT, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan) baik secara fisiologis maupun dengan pendekatan molekuler.
Sedikit tentang Asembagus, suasananya mengingatkan saya akan Singaraja bagian barat. Jalan lebar dengan pohon asam di kanan kiri jalan....dan tentu saja hawa panasnya. Tetapi walaupun panas, fasilitas penginapan yang dimiliki KP Asembagus sangat nyaman, seperti rumah sendiri yang membuat kami betah.