Saturday, July 5, 2008

Kemajuan Penelitian di Asembagus


Kemarin, kami (Mbak Asta, saya serta seorang mahasiswa Biologi) mengunjungi kembali Kebun Percobaan Asembagus tempat penelitian kami dilakukan. Kali ini Pak Bambang dari Balitas juga datang. Jadi diskusi bisa dilakukan secara menyeluruh. Tapi di sela-sela diskusi, kami juga bernostalgia, karena kami semua alumni The University of Western Australia.

Mb Asta, Pak Bambang, saya
Kali ini jadwal penelitian kami adalah pemberian perlakuan cekaman kekeringan. Sempat bingung menentukan pengukuran kadar air tanah. Awalnya kami berpikir untuk menimbang pot...tapi menimbang 576 pot setiap hari tentu sangat time consuming dan melelahkan. Belum lagi resiko tersenggolnya stek yang dapat merusak tanaman. Akhirnya kami memutuskan menggunakan Gypsum block.
Gypsum block merupakan alat yang sederhana, yang terdiri dari dua elektroda tertanam dalam silinder yang terbuat dari gipsum. Pengukuran dilakukan pada gypsum block dengan mengukur tahanan elektrik antara elektroda dalam block. Block menghantarkan air dan dengan cepat dan mudah menjadi seimbang dengan air yang diserap tanah. Saat tanah menjadi basah, pori-pori dalam gipsum terisi air dan melarutkan gipsum, cukup untuk membuat larutan kalsium sulfat jenuh sebagai elektrolit yang mengakibatkan arus listrik (Skinner et al., 1997; Australian viticulture). Tahanan di antara dua elektroda ditentukan dengan AC voltage. Tahanan elektrik di antara dua elektroda yang tertanam dalam medium berpori adalah proporsional dengan kandungan airnya yang berhubungan dengan potensial air tanah disekitarnya.
Jadi kami seharian memasang gypsum block di tengah terik matahari yang super panas di Asembagus

Memasang Gypsum block