Wednesday, August 20, 2008

Ngelawang Galungan



Kemarin, Rabu 20 Agustus (Budha Kliwon Dungulan - menurut Kalender bali), umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan yang merupakan kemenangan kebaikan (dharma) atas ketidakbaikan (adharma). Rentetan upacaranya dimulai jauh-jauh hari sebelum Galungan, mulai dari Tumpek Wariga yang merupakan hari memohon kesuburan tanaman bagi kehidupan manusia. Tapi, paling sibuk dan ramai sejak 3 hari sebelum Galungan. Kemudian memasang penjor sehari sebelum Galungan, memuja Hyang Maha Meru (bentuk bambu yang melengkung) atas anugerah-Nya berupa kekuatan dharma.
Setelah sembahyangan pada Hari Raya Galungan, saya ikut mengupah barong yang ngelawang. Ngelawang merupakan pentas seni keliling desa. Pentas ngelawang pada dasarnya sama dengan ngamen, tapi terjadi dengan akrab dan santai serta melibatkan 10-15 orang yang biasanya merupakan sebuah 'sekea' atau grup. Ngelawang berlangsung berkeliling dan pentas dapat berlangsung di jalan atau di depan pekarangan rumah.
Ngelawang di Hari Galungan kental suasana ritual dan magis, walau tentu saja ada unsur hiburannya. Kehadiran barong yang ngelawang bermakna untuk menghadirkan ketentraman, mengusir kejahatan (termasuk orang-orang yang bermaksud jahat) dan menghindari penyakit. Anak-anak paling suka menggoda barong yang ngelawang. Mereka sengaja menggoda, agar barong mengejar mereka. Dan itu merupakan keceriaan luar biasa bagi anak-anak saat merayakan Galungan.

No comments: