Sunday, June 29, 2008

God speaking

Dari Deni seorang sahabat yang selalu mengingatkan saya bahwa God is good.....

God Speaking
*************
The man whispered, "God, speak to me"
And a meadowlark sang.
But the man did not hear.

So the man yelled "God, speak to me"
And the thunder & lightning rolled across the sky.
But the man did not listen.

The man looked around and said, "God, let me see you."
And a star shined brightly.
But the man did not see.
And, the man shouted, "God, show me a miracle"
And a life was born.
But the man did not notice.

So, the man cried out in despair, "Touch me, God, and let me know you are here"
Whereupon, God reached down and touched the man.
But the man brushed the butterfly away and walked on.

I found this to be a great reminder that God is always around us in the little and simple things that we take for granted. .even in our electronic age . . . so I would like to add one more:

The man cried "God, I need your help" . . .
and ane-mail arrived reaching out with good news and encouragement.
But the man deleted it and continued crying.....

The good news is that you are loved.

Tuesday, June 24, 2008

Hubbu

Baru saja menyelesaikan bab terakhir novel Hubbu karya Mashuri yang menjadi pemenang I Sayembara novel DKJ 2006. Saya tertarik membelinya karena novel juara. Walau tidak berharap banyak akan memahaminya (karena biasanya novel atau film yang menang sayembara agak susah dipahami - atau itu karena kemampuan nalar dan hayal saya yang kurang).

Hubbu (bahasa Arab) artinya cinta. Bagi saya tidak jelas cinta apa yang diceritakan Masyuri. Mungkin judul ini diambil karena di bagian akhir - Jarot - tokoh utama cerita ini dalam suratnya kepada Teguh mengatakan bahwa diantara keterbatasannya, ketakutannya dia bertahan pada eros. 'Eros yang berjuntai pada semangat kasih terdalam, sebuah cinta sublim yang mengakar ke hati dan berkelindan di tindakan' (hal 177).

Novel ini menceritakan kegelisahan Abdullah Sattar atau Jarot. Seorang santri berbakat dari keluarga Islam yang bisa lancar menghapal dalam sekali baca, dan diharapkan akan memimpin pesantren (menggantikan Mbah Adnan) tapi malah tertarik pada hal-hal lain seperti ilmu-ilmu Jawa dan hal-hal klenik. Dia juga terbagi menjadi pribadi yang ingin hidup dengan menjalankan ajaran islam tapi juga sekaligus pacaran.

Kepergiannya ke Surabaya tetap melanjutkan kegelisahan dan keterbelahan pribadi Jarot. Menolak berhubungan badan dengan Puteri, tapi akhirnya tidur dengan Agnes. Doza perzinahan membuatnya menghukum diri, tidak pernah kembali ke Alas Abang - Desa dimana dia diharapkan memimpin pesantren, tapi lari ke Ambon.

Setelah Jarot meninggal, anaknya - Aida kembali ke Alas Abang dan menemukan banyak rahasia yang dimiliki ayahnya. Di sana Aida menemukan silsilah yang ternyata memuat namanya. Sebuah garis kepemimpinan - dari Sunan Gunung- Mbah Adnan - Abdullah Sattar (tapi mengingkarinya) - nama Aida. Ada takdir yang dihindari oleh Jarot tapi akhirnya beralih ke pundak anaknya. Betulkah takdir begitu? (saya benar-benar bertanya nih :) ). Ketika jarot menghindari takdir, takdir itu menjadi milik anaknya. Sebuah takdir yang melingkar. 'Lingkaran takdir yang sudah menyatu dengan darah' (hal 234).

Alur cerita pada novel ini acak dan lompat-lompat. Kadang tokoh aku diceritakan oleh Jarot, kadang Puteri, kadang Aida - dan kadang baru dapat diketahui setelah akhir bagian. Mungkin disengaja, agar jadi variatif. Tapi tetap ada beberapa hal menarik dalam novel ini, selain tokoh calon pemimpin pesantren wanita, seseorang (Jarot) yang tidak bisa memilih menjadi pemimpin santri (Abdullah Sattar) atau menjadi Jarot seutuhnya.

Hmmm...pilihan itu penting. Tapi mungkin lebih penting lagi, setelah menentukan pilihan, tidak menyesalinya.... jadi curhat :) .....Masa lalu juga penting. Tapi orang bilang, jangan kembali ke masa lalu...look forward...Kenapa Aida jauh-jauh dari Ambon mencari masa lalu ayahnya ke Desa Alas Abang? Saya jadi ingin ikut kembali ke masa lalu...teringat salah satu film Superman, saat dia dengan kekuatannya melawan rotasi bumi, memutar kembali bumi ke waktu tertentu untuk membuat sesuatu tidak terjadi...ah..seandainya saya Superman...ini sih dunia hayal... sudah keluar jalur dari novel Hubbu.

Wednesday, June 18, 2008

Buang sampah


Membaca posting Andi tentang anak muda Australia yang bertato, rambut panjang dan acak-acakan tapi membuang sampah ditempatnya (selengkapnya ada di blog Andi 'berandalan itu buang sampah di tempatnya), saya jadi ingin ikut cerita tentang kebiasaan membuang sampah.
Sejak kecil kita selalu diberitau untuk membuang sampah pada tempat sampah. Tapi kenapa banyak yang tidak melakukannya bahkan setelah mereka dewasa dan berpendidikan tinggi. Di kantor, di warung, di taman, pasti ada tempat sampah. Tetapi sangat jarang ada yang mau berjalan menuju ke tempat sampah untuk membuang bungkus permen, bungkus kacang, nota belanja dan lain sebagainya.
Saya amat sering melihat teman-teman sekantor (yang pendidikannya paling rendah S2), beberapa menyelesaikan sekolah di luar negeri, tetapi ketika sedang menunggu angkot, atau ketika berada di dalam bis dari kampus Unud Sudirman ke kampus Unud Bukit Jimbaran, mereka dengan santainya membuang kulit permen ke lantai bis atau membuangnya ke jalan.
Saya biasa memasukkan kulit permen kembali ke tas saya, sehingga kalau saya lupa mengeluarkan dan membuangnya ke tempat sampah ketika sampai di tujuan, maka keesokan harinya tas saya akan penuh dengan kulit permen atau bungkus keripik karena saya memang doyan ngemil.
Saat saya protes ke teman dan bertanya kenapa di luar negeri dulu begitu patuh membuang sampah di tempat sampah, tapi ketika di daerah sendiri justru buang sampah sembarangan. Jawabnya sungguh mengejutkan saya...'itu kan karena desa-kala-patra'. (desa-kala-patra=tempat-waktu-kondisi/circumstance). Di Bali konsep desa-kala-patra digunakan untuk menjelaskan perbedaan dalam adat dan kebudayaan Bali. Bahwa adat atau kebiasaan yang ada berbeda berdasarkan tempat, waktu dan kondisi. Tapi mengapa konsep itu diadopsi untuk hal yang tidak tepat; seperti kebiasaan membuang sampah. Tidakkah sebaiknya mereka yang telah berpendidikan tinggi (bahkan mendapatkan pendidikannya di luar negeri) meyebarkan dan memberi contoh tentang kebiasaan membuang sampah pada tempatnya seperti yang mereka lakukan ketika di luar negeri. Kenapa bertindak baik di negara lain - bukan berarti saya meminta untuk berbuat buruk di negara lain :) - dan bertindak yang tidak baik di daerah sendiri?

Saturday, June 14, 2008

Puisi bagus - Gunawan Maryanto

Sedang main-main di internet. Ketemu puisi bagus karya Gunawan Maryanto...daleeem deh..terutama kalimat ini "aku jatuh cinta sekeras penolakanku atasnya".....hmm mengharu biru, mengingatkan pada kesalahan saya dulu. Berikut selengkapnya. Dikutip dari blog kemudian.


perkara lama

1
Sekali lagi aku jatuh cinta
pada ranting keringmu
Pada keras dan getasmu
Pada padang pasir yang kaubebat dengan kain—di tempat terbuka

Masa lalu seperti pemijit buta
mencengkeram bahu

Bau tubuhmu yang tak bersalin kembali dibawa angin
Mengganggu dengan kenyataan lain
: malam, kaki gunung, api unggun, gitar dan lagu-lagu
Oalah, sepatah cinta tanpa sepatu, dulu

Pemijit buta terus bekerja
Meraba-raba yang luka dan tak luka
Lalu semua pori-pori terbuka
Lebih dari yang seharusnya

Datang angin dari depan dari belakang
Datang cinta yang dulu yang sekarang

Aku jatuh cinta sekeras penolakanku atasnya
Pada ranting dan padang pasirmu
Pada keras dan rapuhmu
Pada angin yang menghadirkan bau tubuhmu
Ini hanya perkara lama yang tak pernah selesai

2
Di Lhok Nga yang panas
dua butir telur
bersisihan dan kedinginan
: berkeras tak menetas

Gulungan ombak lemah
lelah mengulang kehilangan
lemas mengalungkan cemas
: tak ada yang bisa dipercaya. Percayalah
Sekalipun cinta sekalipun rumah

Tapi lihatlah
dua butir telur membenam dalam pasir
menanam kenyamanan yang hampir berakhir
hingga cinta—siapa bisa mematah sayapnya—lahir

Bahkan sisa-sisa rumah di sepanjang pantai ini
sama sekali tak mendebarkan bagi
: cangkang yang kadung lobang
Cinta tak pernah punya mata
Maka jatuhlah di tempat sama

3
Kepala ini membenturkan dirinya
Sekali dan keras sekali
Pada pintu kamarmu
: kebodohan menyusun tubuhnya kembali
ada yang bangun dan tak bisa tidur lagi

Kau melintas tanpa suara
Melindas seluruh drama
Pertunjukan yang tak kuandaikan
Berlangsung di kejauhan
“Cepat, temui aku di gudang itudi mana dulu kau (pernah) membuatku sekarat!”

4
Di dekatmu aku mencium harum bayi
Meruap dari pori-pori kulitmu

Kuputuskan menjauh
Kauputuskan menjauh
Supaya tak ada yang celaka
tak ada yang terluka

Dan seluruh peristiwa
baik-baik saja—sepertinya

Sampai suatu saat kita terpaksa merapat
Tragedi itu tercipta lagi dengan cepat
Aku meraba-raba kelelahan di tubuhmu
Kau mencabuti uban di rambutku—bocah-bocah tua bermain api masa lalu

Harus berakhir sebelum seluruhnya lahir

5
Apa kabarmu, lama aku tak menyentuhmu
Bercak putih itu
apa masih bertahan di jempol tanganmu

Kita sama menua di ruang yang sama
Cepat lupa dan tak waspada
Tak awas lagi pada logika
Padahal ada yang belum usai dan bahaya
: Kesepianku mengancammu
Larilah, jangan tidur di pangkuanku

Apa kabarmu, lama aku tak memelukmu
Racun putih itu
apa masih melekat di ujung bibirmu

6
kini ponselku sepi
tak ada sms yang menggetarkan lagi :)

Banda Aceh—Yogyakarta, 2006
Gunawan Maryanto

Thursday, June 12, 2008

Toto-chan


Saya tertarik membaca buku 'Toto-chan: gadis cilik di jendela' gara-gara keponakan saya membacanya sampai berkali-kali. Ketika saya tanya..komentarnya singkat saja.."Bagus! Bu Adek harus baca". Akhirnya sayapun membeli buku itu. Dan betul!! Buku ini bukan hanya bagus untuk anak-anak (anak-anak mungkin menganggapnya sebagai buku cerita biasa), tapi buku ini sangat bagus untuk para orang tua yang memiliki anak yang baru memasuki sekolah dasar dan juga untuk para guru.Toto-chan merupakan cerita Tetsuko Kuroyanagi yang ketika kecil dikeluarkan dari sekolah karena dianggap mengganggu. Padahal dia hanya memiliki sifat ingin tau sehingga sering melihat ke jendela. Akhirnya dia pindah dan bersekolah di sekolah Tomoe, sekolah yang dipimpin oleh Sosaku Kobayashi (untuk beliaulah buku ini didedikasikan oleh pengarangnya).
Di sekolah ini sistem pendidikan sangat berbeda. Tidak ada aturan duduk yang tetap. Ada pelajaran 'jalan-jalan' yang ternyata justru sangat benyak memberikan pengetahuan, karena anak-anak belajar tentang bunga, putik, benang sari, kupu-kupu, penyerbukan sambil mereka melihat langsung. Sosaku Kobayashi adalah guru yang sangat bijaksana, dia mendidik anak-anak untuk selalu percaya diri dengan mengatakan 'kamu pasti bisa' kepada Takahashi yang cacat tidak bisa tumbuh tinggi tapi memenangkan hadiah di Hari Olah Raga. Walaupun Toto-chan sering melakukan hal yang aneh-aneh untuk memuaskan rasa ingin taunya, tapi kepala sekolah selalu berkata kepada Toto-chan, 'kau benar-benar anak baik'. Kata-kata ini telah menentukan arah hidup Toto-chan kemudian.
Yang menarik, pelajaran tentang gender juga ada di buku ini yang disampaikan dengan sangat manis di halaman 159. Ketika Oe menarik rambut Toto-chan, kepala Sekolah memarahinya. Oe meminta maaf dan berkata kepada Toto-chan "Aku dimarahi Kepala Sekolah. Katanya aku harus bersikap manis pada anak-anak perempuan. Katanya anak laki-laki harus bersikap sopan kepada anak-anak perempuan dan menjaganya".
Di paragraf berikutnya dituliskan keheranan Toto-chan bahwa anak laki-laki harus menghargai anak perempuan. Yang ia tau, anak laki-laki adalah terpenting dalam keluarga. Jika ada anak perempuan yang protes, para ibu akan berkata "Anak perempuan hanya untuk dipandang, bukan didengar". Bagi Toto-chan dan Oe kata-kata Kepala Sekolah adalah nasehat yang mengejutkan.
Demikianlah, buku ini juga menulis tentang kematian sahabat, bagaimana menghadapinya dan mengenang sahabat. Dan banyak hal sehari-hari yang dialami anak kecil yang sangat manusiawi, lucu dan juga menyentuh.
Ada versi Inggrisnya 'Toto-chan: The Little Girl at The Window', saya cari-cari keliling Denpasar, tapi tidak saya temukan. Berharap ada yang memberi hadiah pada saya buku Toto-chan versi Inggris ini. Semoga saja......

Saturday, June 7, 2008

Griya Konco Dwipayana

Griya Konco Dwipayana merupakan tempat persembahyangan tiga agama; Hindu, Budha dan Konghuchu. Griya ini berlokasi sekitar 10 km ke arah selatan kota Denpasar, di kawasan Hutan Mangrove, Suwung. Terdapat tiga bangunan utama di Griya Konco ini (yang juga dikenal sebagai tempat persembahyangan Tri Dharma) yaitu masing-masing merupakan tempat persembahyangan umat Budha (Gedung Budha), umat Konghuchu (Gedung Konghuchu) dan umat Hindu (Padmasana).
Griya ini paling ramai dikunjugi saat perayaan imlek. Bersebelahan dengan Griya Konco Dwipayana, terdapat Pura Candi Narmada, sehingga menyebabkan kawasan ini juga ramai pada saat bulan purnama, karena umat Hindu disamping bersembahyang di Pura Candi Narmada juga bersembahyang di Griya Konco Dwipayana ini. Demikian juga pada saat perayaan Hari Raya Saraswati (yang merupakan hari raya turunnya ilmu pengetahuan) yang dirayakan setiap Sabtu Kliwon wuku Watugungung (berdasarkan penanggalan kalender Bali).
Daya tarik Griya Konco ini terletak pada bentuk bangunan yang khas oriental serta kesenian barongsai yang ada di sana. Juga terdapat patung Dewi Kwan Im begitu masuk di pelataran tengah Griya Konco. Getar kerukunan antar agamapun terasa menyejukkan.
Kebudayaan Cina memang banyak berpengaruh di Bali. Di samping banyaknya tempat persembahyangan yang merupakan perpaduan Hindu dan Cina (seperti di Pura Giri Putri, Nusa Penida, di salah satu sudut terdapat Pura dengan patung Dewi Kwan Im), juga penggunaan uang kepeng ('pis bolong' dalam Bahasa Bali - uang Cina dengan lubang di tengah) yang digunakan sebagai pelengkap sesajen.