Tuesday, June 24, 2008

Hubbu

Baru saja menyelesaikan bab terakhir novel Hubbu karya Mashuri yang menjadi pemenang I Sayembara novel DKJ 2006. Saya tertarik membelinya karena novel juara. Walau tidak berharap banyak akan memahaminya (karena biasanya novel atau film yang menang sayembara agak susah dipahami - atau itu karena kemampuan nalar dan hayal saya yang kurang).

Hubbu (bahasa Arab) artinya cinta. Bagi saya tidak jelas cinta apa yang diceritakan Masyuri. Mungkin judul ini diambil karena di bagian akhir - Jarot - tokoh utama cerita ini dalam suratnya kepada Teguh mengatakan bahwa diantara keterbatasannya, ketakutannya dia bertahan pada eros. 'Eros yang berjuntai pada semangat kasih terdalam, sebuah cinta sublim yang mengakar ke hati dan berkelindan di tindakan' (hal 177).

Novel ini menceritakan kegelisahan Abdullah Sattar atau Jarot. Seorang santri berbakat dari keluarga Islam yang bisa lancar menghapal dalam sekali baca, dan diharapkan akan memimpin pesantren (menggantikan Mbah Adnan) tapi malah tertarik pada hal-hal lain seperti ilmu-ilmu Jawa dan hal-hal klenik. Dia juga terbagi menjadi pribadi yang ingin hidup dengan menjalankan ajaran islam tapi juga sekaligus pacaran.

Kepergiannya ke Surabaya tetap melanjutkan kegelisahan dan keterbelahan pribadi Jarot. Menolak berhubungan badan dengan Puteri, tapi akhirnya tidur dengan Agnes. Doza perzinahan membuatnya menghukum diri, tidak pernah kembali ke Alas Abang - Desa dimana dia diharapkan memimpin pesantren, tapi lari ke Ambon.

Setelah Jarot meninggal, anaknya - Aida kembali ke Alas Abang dan menemukan banyak rahasia yang dimiliki ayahnya. Di sana Aida menemukan silsilah yang ternyata memuat namanya. Sebuah garis kepemimpinan - dari Sunan Gunung- Mbah Adnan - Abdullah Sattar (tapi mengingkarinya) - nama Aida. Ada takdir yang dihindari oleh Jarot tapi akhirnya beralih ke pundak anaknya. Betulkah takdir begitu? (saya benar-benar bertanya nih :) ). Ketika jarot menghindari takdir, takdir itu menjadi milik anaknya. Sebuah takdir yang melingkar. 'Lingkaran takdir yang sudah menyatu dengan darah' (hal 234).

Alur cerita pada novel ini acak dan lompat-lompat. Kadang tokoh aku diceritakan oleh Jarot, kadang Puteri, kadang Aida - dan kadang baru dapat diketahui setelah akhir bagian. Mungkin disengaja, agar jadi variatif. Tapi tetap ada beberapa hal menarik dalam novel ini, selain tokoh calon pemimpin pesantren wanita, seseorang (Jarot) yang tidak bisa memilih menjadi pemimpin santri (Abdullah Sattar) atau menjadi Jarot seutuhnya.

Hmmm...pilihan itu penting. Tapi mungkin lebih penting lagi, setelah menentukan pilihan, tidak menyesalinya.... jadi curhat :) .....Masa lalu juga penting. Tapi orang bilang, jangan kembali ke masa lalu...look forward...Kenapa Aida jauh-jauh dari Ambon mencari masa lalu ayahnya ke Desa Alas Abang? Saya jadi ingin ikut kembali ke masa lalu...teringat salah satu film Superman, saat dia dengan kekuatannya melawan rotasi bumi, memutar kembali bumi ke waktu tertentu untuk membuat sesuatu tidak terjadi...ah..seandainya saya Superman...ini sih dunia hayal... sudah keluar jalur dari novel Hubbu.

No comments: